Sabtu, 19 Desember 2015

Selasa, 08 Desember 2015

BELAJAR FOTOGRAFI

 Blur Belakang
melihat ke depan (KA'15)

beraksi dalam GNPA (KA'15)

tetap fokus (KA'15)

KH. Ustuchori, MA (KA'15)

dalam penantian (KA'15)

Senin, 25 Mei 2015

Enakkan mana? Jadi Ustadzah apa Santriwati?




Enakkan mana? Jadi ustadzah apa santriwati?
Al-Mawaddah, ketika muwajjahah malam kami membentuk lingkaran kecil untuk belajar bersama. Muwajjahah berjalan dengan baik, antusias santriwati dalam belajar terlihat menggebu-gebu menyongsong ujian akhirussanah yang akan mereka hadapi sebentar lagi. Sampai akhirnya ku pandangi wajah-wajah yang tadinya berseri itu, mulai meredup oleh totokan (ngantuk di paksakan). Ngantuk itu memang ciri khas santri,,hehehe. Kemudian ku buka sesi rohah, biar otot tidak tegang, pikiran tenang, ngantuk hilang.
“ustadzah hikayah,,,” rayu mereka. “ayyu hikayatin?” jawabku. “Masi’tum ustadzah…” kata mereka. (gubrak). Panjang lebar ku cerita kan sepak terjang selama menjadi santriwati untuk memotivasi. Tiba-tiba keluar sebuah pertanyaan dari seorang santriwati. “ Ustadzah, ahsan sirtum ustadzah am tilmidzah?”(Ustadzah, enakkan jadi ustadzah atau santriwati?). Agak kaget juga mendengar pertanyaan itu. Lalu ku balas dengan senyuman.
Pertanyaan luar biasa dari anak kelas 1, yang besar rasa ingin tahunya. Menarik saya untuk menjawabnya. Pertanyaan yang membuatku kembali mengenang indahnya masa lalu dari menjadi santriwati baru, modabiroh, munadzomah, sanah nihaiyyah hingga menerima embanan amanah suci pengabdian. Tentu banyak hal yang di rasakan di kampung damai ini. Tidak hanya kenangan, tapi hingga detik ini pun, aliran kesejukan itu masih terasa. Kedamaian mendengar jaros (lonceng) yang bergelontang mengendalikan segala aktifitas santriwati. Melihat dan mendengar celotehan santriwati adalah obat pelipur hati. Sungguh tak terbayangkan sebelumnya, aku bisa bertahan sampai detik ini.
Kembali ke pertanyaan awal, enak mana? Jadi ustadzah apa santriwati?.
Memang hidup penuh pilihan adakalanya kita tunduk dengan apa yang ada di depan mata. Namun tidak sedikit pula kesempatan yang kita dapatkan untuk memilih jalan yang akan kita tempuh. Pilihan itu ada di tanganmu sendiri !. Ketika amanah itu diberikan rasanya campur aduk, antara sedih dan senang. Sedih karena tidak bisa melanjutkan kuliah di luar dan tidak bisa berkumpul dengan keluarga. Senang karena merasa terpilih dan teristimewa dengan pengabdian. Tidak hanya itu, kegalauan mulai menerpa ketika di hadapkan dengan keputusan lanjut kuliah sambil ngabdi atau pending satu tahun. Pengabdian 1 tahun atau 4 tahun. Semuanya butuh proses, butuh pertimbangan. Jika ngabdi 1 tahun bisa focus pengabdian namun telat masuk kuliah, jika ngabdi sambil kuliah harus konsekuen dengan segala tugas pondok dan tugas kuliah. Itulah proses yang mendidik kami (ustadzaat), sebagai ustadzah itu juga sebuah pendidikan.
Ustadzah dan santriwati sama-sama dididik di pesantren putri Al-Mawaddah tercinta ini. Yang membedakan adalah tugas. Ustadzah menjadi pendidik uswatun hasanah, dengan segala prosesnya untuk mencapai sandang ustadzah. Ustadzah mencurahkan semua waktu dan tenaga demi mencetak kader umat yang luar biasa. Sedangkan santriwati adalah anak didik yang dididik dan dibina agar menjadi mar’atus sholihah, alimah, dan tangguh di era global. Jika di katakana enak mana ?. Semua punya tugas dan kewajiban masing-masing, rasa enak itu tergantung pada yang menjalankan. Jika tugas ustadzah di jalankan dengan penuh keikhlasan sebagai amal jariah dan demi mencapai ridlo ilahi. Semua akan berjalan dengan enak, nyaman dan menyenangkan.
Bagiku awal pengabdian memang terasa kurang enak, karena memang bukan pilihanku dan belum meresapi sepenuhnya arti pengabdian. Namun lambat laun semakin banyak tugas pengabdian, rasa kebahagiaan itu semakin merekah. Segalanya terasa indah. Alhamdulillah. Banyak pendidikan dan pengalaman yang tidak semua orang bisa merasakannya. Dari bangun, tidur, sampai bangun lagi, semua adalah pendidikan. Jadi mudarisah, musyrifah, ibu, kakak, dan masih banyakkk lagi yang tak akan cukup jika disebutkan satu persatu. Kami dididik untuk mendidik, karena kami adalah wanita. Madrosatul ‘ula untuk agama dan bangsa. Kemajuan bangsa tergantung pada wanita. Subhanallah… (asr)

Rabu, 06 Mei 2015

UKHUWAH ISLAMIYAH SUMMER CAMP 2015 di PESANTREN PUTRI AL-MAWADDAH


COPER- Desa kecil di sebelah selatan ponorogo. Sebuah daerah yang asing bagiku bahkan kotanya pun juga asing bagiku. Tak ada saudara ataupun teman , aku datang atas hidayah yang tak pernah ku bayangkan sebelumnya. Waktu terus berjalan hingga tak terasa aku sudah berjuang di Pesantren Putri Al-Mawaddah Coper hampir 6 tahun lamanya. Aku berjuang  untuk menuntut ilmu di jalan Allah. Apa yang dulu kutinggalkan baik keluarga dan teman-teman di rumah. Kini telah tergantikan oleh wajah-wajah baru dari berbagai suku dan kebudayaan. Memang tak mudah untuk memahami karakter seseorang apalagi di tambah dengan latar belakang dan adat yang berbeda. Namun dengan ukhuwah islamiyah yang selalu ditanamkan pada diri kami, kami pun menyatu  saling bahu-membahu untuk meraih kesuksesan bersama.
Dan salah satu pemersatu kami adalah Summer Camp. Kegiatan ini barupa kegiatan pramuka khusus di ikuti oleh santriwati baru baik dari kelas 1 maupun 1 Pintas. Supaya mereka lebih mengenal satu sama lain dan meleburkan perbedaan-perbedaan. Summer Camp memberikan banyak sekali manfaat dalam diri pesertanya selain memperluas pengetahuan pramukanya, kegiatan ini juga dapat mempererat ukhuwah islamiyah. Kebersamaan ini tak kan pernah terlupakan.

Senin, 04 Mei 2015

AMANAH ITU IBADAH @ISYFAQIHA 623


Ba'da tandhiful'am, tiba-tiba terlintas sebuah kalimat cuplikan dari lirik lagu senandung Al-Mawaddah "Semakin berat smakin semangat,
Yang harus di emban". Banyak hal baru yang dapat diambil sebagai pelajaran hidup, namun juga tidak sedikit masalah baru yang muncul dan harus dipecahkan. Waktu dan pengalamanlah yang membawa seseorang ketitik tertentu, suatu titik keadaan yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Dari titik itulah bimbingan dan pengarahan mengalir diringi tindakan terbaik. Hingga "pergantian" itu pasti akan dialami, tentu tak mudah untuk menjalankannya namun "semangat" adalah kunci keberhasilan. Jangan merasa terbebani, jadikanlah amanah sebagai ladang ibadah.
 PENYESALAN UNTUK SEBUAH PELAJARAN


Tak ku mengerti mengapa begini
Waktu dulu ku tak pernah berfikir akan menjadi begini
Tapi saat semuanya berubah
Kau jauh dari ku dan aku baru menyadarinya
Mungkin memang ku salah dan ku sesali
Pernah tak hiraukan hal itu dulu,,,
Aku hanya ingkari kata hatiku yang masih tak menentu
Tapi mengapa kesadaran ini datang terlambat?
Maafkan aku yang gegabah dalam mengambil keputusan
hingga mengorbankan yang seharusnya ku pertahankan
Kini ku hanya bisa bertahan dan berusaha yang terbaik
ROBBANAA AFRIGH 'ALAINAA SHOBRON WA TSABBIT AQDAMANAA WANSHURNAA 'ALA QAUMIL KAAFIRIIN
“Ya Rabb kami, limpahkanlah kesabaran atas diri kami, dan teguhkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir”
(QS. Al Baqoroh: 250)